RESUME JENIS-JENIS PARTAI DI INDONESIA
M. MIFTAHAULIA
Nim : 105640191514
PROGRAM
STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
Tipologi
partai politik ialah pengklasifikasian berbagai parpol berdasarkan kriteria
tertentu, seperti asas dan orientasi, komposisi dan fungsi anggota, basis
sosial dan tujuan. Klasifikasi ini cenderung bersifat ideal karena dalam
kenyataannya tidak sepenuhnya demikian. Pembahasan ini penting dalam hal
melihat sejauh mana fungsi-fungsi ideal partai politik dapat terwujud di
Indonesia selama ini. Di bawah ini diuraikan sejumlah tipologi parpol menurut
kriteria-kriteria tersebut.
A.
Berdasarkan
Asas dan Orientasi
Berdasarkan
asas dan orientasinya, parpol diklasifikasikan menjadi tiga tipe. Adapun tiga
tipe ini meliputi parpol pragmatis, parpol doktriner dan parpol kepentingan.
1. Yang
dimaksud dengan parpol pragmatis ialah suatu partai yang mempunyai
program dan kegiatan yang tak terikat kaku pada suatu doktrin dan
ideologi tertentu. Artinya, perubahan waktu, situasi dan kepemimpinan akan juga
mengubah program, kegiatan dan penampilan parpol tersebut. Penampilan parpol
pragmatis cenderung merupakan cerminan dari program-program yang disusun oleh
pemimpin utamanya dan gaya kepemimpinan sang pemimpin. Partai pragmatis,
biasanya muncul dalam sistem dua partai berkompetisi yang relatif stabil.
2. yang dimaksud
dengan parpol doktriner ialah suatu partai politik yang memiliki
sejumlah program dan kegiatan kongkrit sebagai penjabaran ideologi. Partai ini
biasanya terorganisasikan secara agak longgar. Hal ini tidak berarti partai
politik pragmatis tidak memiliki ideologi sebagai identitasnya. Dalam program
dan gaya kepemimpinan terdapat beberapa pola umum yang merupakan penjabaran
ideologi. Namun ideologi yang dimaksud lebih merupakan sejumlah gagasan umum
daripada sejumlah doktrin dan program kongkrit yang siap dilaksanakan. Ideologi
yang dimaksud ialah seperangkat nilai politik yang dirumuskan secara kongkrit
dan sistematis dalam bentuk program-program kegiatan yang pelaksanaannya
diawasi secara ketat oleh aparat partai. Pergantian kepemimpinan mengubah gaya
kepemimpinan pada tingkat tertentu, tetapi tidak mengubah prinsip dan program
dasar partai karena ideologi partai sudah dirumuskan secara kongkrit dan partai
ini terorganisasikan secara ketat. Partai Komunis di mana saja merupakan contoh
partai doktriner. Dan PKS pun sepertinya lebih dekat dengan klasifikasi partai
doktriner ini.
3. Selanjutnya,
parpol kepentingan merupakan suatu parpol yang dibentuk dan dikelola
atas dasar kepentingan tertentu, seperti petani, buruh, etnis, agama, atau
lingkungan hidup yang secara langsung ingin berpartisipasi dalam pemerintahan.
Partai ini sering ditemui dalam sistem banyak partai, tetapi kadangkala
terdapat pula dalam sistem dua partai berkompetisi namun tak mampu
mengakomodasikan sejumlah kepentingan dalam masyarakat.
B.
Berdasarkan Tujuan
dan Orientasi.
Almond
menggolongkan parpol berdasarkan basis sosial dan tujuannya. Menurut basis
sosialnya, partai politik dibagi menjadi empat tipe, yaitu:
1. parpol yang
beranggotakan lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat, seperti kelas atas, menengah,
dan bawah
2. parpol yang
anggotanya berasal dari kalangan kelompok kepentingan tertentu, seperti
petani, buruh, dan pengusaha
3. parpol yang
anggota-anggotanya berasal dari pemeluk agama tertentu, seperti Islam,
Katholik, Protestan, dan Hindu
4. parpol yang
anggota-anggotanya berasal dari kelompok budaya tertentu, seperti suku
bangsa, bahasa, dan daerah tertentu.
Walaupun permasalahan klasifikasi
jenis partai ini tidaklah mudah dalam memberikan contohnya. Hal ini dikarenakan
partai-partai politik Indonesia mengalami sebuah evolusi dalam pergerakannya
dalam membentuk format partai yang ideal kedepannya. Kita lihat PDIP yang
image-nya terbentuk sebagai partai orang abangan sekarang sudah membentuk
Baitul Muslimin, PKS juga menyatakan sebagai partai terbuka dan nasionalis
religius
Dalam kenyataannya, kebanyakan parpol tak hanya
mempunyai basis sosial dari kalangan tertentu, tetapi juga dari berbagai
kalangan dengan satu atau dua kelompok sebagai pihak yang dominan. Pendukung
Partai Demokrat di Amerika Serikat pada umumnya berasal dari kalangan menengah
dan bawah, berkulit hitam, dan Katholik. Hal ini tidak berarti pendukung partai
ini tidak ada yang berasal dari kalangan atas, kulit putih dan Protestan.
C.
Berdasarkan Sudut
Pandang Secara Umum
Pengklasifikasian
jenis partai yang dilihat dari sudut pandang secara umum, adalah seperti di
bawah ini;
1.
Partai Proto. Jenis partai ini merupakan
karakter dasar dari tipe awal parpol, yang biasanya ada dalam lingkungan
parlemen atau intraparlemen. Basis pendukungnya adalah kelas menengah ke atas.
Bentuk organisasi dan ideologinya relatif rendah (sederhana). Belum sepenuhnya
sebagaimana dalam ciri parpol modern. Ciri faksional masih menonjol, dan ciri
yang jelas adalah pembedaan antara kelompok anggota dan non-anggota. Di
Indonesia saat ini kita memang tidak dapat melihat secara eksplisit jenis
partai ini, sebab hampir semua partai mengatakan bahwa partainya adalah partai
rakyat kecil. Namun di tingkatan praktik sesungguhnya banyak partai politik di
Indonesia yang masuk dalam kategori ini. Mereka-mereka yang menduduki elite
partai masih saja dipenuhi oleh orang-orang yang secara feodal dan hereditas
merupakan keturunan dari kelas bangsawan (baik kebangsawanan religius maupun
monarki).
2.
Partai Kader. Secara historis partai ini
berkembang sebagai akibat hak pilih belum diberikan kepada masyarakat luas.
Anggotanya kebanyakan kelas menengah ke atas, dan tidak memerlukan organisasi
besar untuk memobilisasi massa. Di Indonesia partai yang masuk dalam kategori
ini tidak begitu banyak. Karena penekanan partai kader sesungguhnya adalah
terletak pada penguatan yang cukup tinggi pada level pengurusnya, dalam hal
peningkatan kapasitas personalnya untuk kepentingan partai. Masih banyaknya
kader loncatan yang berasal dari basis yang tidak jelas yang mewarnai partai
politik di Indonesia, utamanya partai-partai pemenang Pemilu pada era
reformasi.
Pada awalnya disinilah posisi Partai Keadilan
atau sekarang Partai Keadilan Sejahtera, dimana PKS menumpukan pergerakannya
pada kader, sehingga mobilitas partai sangatlah tinggi bergerak dengan aktif
dan mandiri. Namun sekali lagi partai terus berproses, sekarang penulis
berasumsi bahwa PKS adalah “Partai Kader Berbasis Massa” atau dalam kategori
selanjutnya adalah partai catch-all. Namun ini sedikit berbeda dengan PKS di
Kalimantan Selatan yang lebih pas nya disebut dengan “Partai Massa
Berbasis Kader”. Hal ini dikarenakan PKS bergerak dengan kekuatan
kultural/massa walaupun kader tetap ada namun dalam tatanan top leader-nya.
3.
Partai Massa. Berkembangnya jenis ini karena
adanya perluasan hak pilih rakyat. Parpol ini dihentuk di luar parlemen
(ekstraparlemen). Orientasi parpol ini adalah kepada basis pendukung, yaitu
buruh, petani dan massa lainnva. Tujuannva adalah untuk pendidikan politik dan
pemenangan pemilu. Ideologi dan organisasinva rapi. Di Indonesia tidak dapat
dikatakan sepenuhnva demikian. Sebab berbagai partai yang berbasis formal massa
tertentu, seperti buruh, petani maupun massa lainnya itu sifatnya masih slogan
saja. Artinya, basis massa yang dilembagakannya itu sebatas untuk menarik
pemilih dalam pemilu semata, dan lebih dari, untuk melakukan pendidikan
politik dan sebagainya, masih sangat jauh. Yang menarik di Indonesia justru partai-partai
besar (PDIP, Golkar, PKB, PPP, PKS, PAN) justru bukan merupakan partai massa
dalam konteks ini. Mereka lebih banyak sebagai partai ideologis, yang mungkin
justru lebih masuk pada kategori partai catch-all.
4.
Partai Diktaktoral. Jenis ini adalah
merupakan subtipe partai massa. Ideologinya kaku dan radikal. Pimpinan
tertinggi melakukan kontrol ketat. Rekrutmen anggotanya sangat ketat, di mana
anggota parpol dituntut mengabdi secara total. Di Indonesia jenis partai ini
banyak juga ditemukan, terutama pada partai-partai baru yang berangkat dari
ideologisasi yang baru pula. Misalnya Partai Keadilan (PK) dan sekarang menjadi
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Rakyat Demokratik (PRD). Ikatan
ideologisasi dari partai-partai ini sangatlah kuat. Di dalam rekrutmen dan
kaderisasi anggotanya pun sangat ketat dalam konteks konsistensi mereka
terhadap ideologi yang dianutnya. Namun sesungguhnya di tingkat pengambilan
keputusan, istilah “diktatoral” tampaknya kurang tepat. Hanya saja di sini
lebih pada aspek konsistensi dan ketatnya implementasi ideologi yang coba
dikembangkan oleh partai-partai jenis ini.
5.
Partai Catch-All. Jenis partai ini merupakan
gabungan antara partai kader dan massa. Mereka berusaha menampung kelompok
sosial sebanyakbanyaknya untuk menjadi anggotanya. Tujuannya memenangkan
pemilu berkaitan dengan berkembangnya kelompok kepentingan dan penekan, dan
ideologinya tidak terlalu kaku. Seperti telah dikatakan di muka bahwa sebagian
besar partai politik di Indonesia pemenang Pemilu pada era reformasi
adalah masuk dalam kategori jenis ini. Partai-partai besar yang ada
sekarang memang hidup tidak mengandalkan ideologi, namun penguatan pada
kuantitas basis massa, Meskipun demikian mereka juga melakukan kaderisasi di
internal elit pengurusnya, sehingga konsekuensinya adalah terabaikannya proses
pendidikan politik. Banyaknya jenis partai seperti ini sesungguhnya masih
sedikit jauh dari cita-cita partai modern, terutama ketika transformasi di
tingkat masyarakat tidak dapat berjalan secara efektif.
0 komentar:
Posting Komentar