Minggu, 24 April 2016

Jenis-Jenis Partai Politik di Indoonesia



RESUME JENIS-JENIS PARTAI DI INDONESIA


M. MIFTAHAULIA
Nim : 105640191514


                                                           






PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016

          Ti­pologi partai politik ialah pengklasifikasian berbagai parpol berdasarkan kriteria tertentu, seperti asas dan orientasi, komposisi dan fungsi anggota, basis sosial dan tujuan. Klasifikasi ini cenderung bersifat ideal karena dalam kenyata­annya tidak sepenuhnya demikian. Pembahasan ini pen­ting dalam hal melihat sejauh mana fungsi-fungsi ideal partai politik dapat terwujud di Indonesia selama ini. Di bawah ini diuraikan sejum­lah tipologi parpol menurut kriteria-kriteria tersebut.
   A.    Berdasarkan Asas dan Orientasi
            Berdasarkan asas dan orien­tasinya, parpol diklasifikasikan menjadi tiga tipe. Adapun tiga tipe ini meliputi parpol pragmatis, parpol doktriner dan parpol kepentingan.
1.      Yang dimaksud dengan parpol pragmatis ialah suatu partai yang mempunyai program dan kegiatan yang tak terikat kaku pada suatu doktrin dan ideologi tertentu. Artinya, perubahan waktu, situasi dan kepemimpinan akan juga mengubah program, kegiatan dan penampilan parpol tersebut. Penampilan parpol pragmatis cenderung merupakan cerminan dari pro­gram-program yang disusun oleh pemimpin utamanya dan gaya kepemimpinan sang pemimpin. Partai pragmatis, biasanya muncul dalam sistem dua par­tai berkompetisi yang relatif stabil.
2.      yang dimak­sud dengan parpol doktriner ialah suatu partai politik yang memiliki sejumlah program dan kegiatan kongkrit sebagai penjabaran ideologi. Partai ini biasanya terorganisasikan secara agak longgar. Hal ini tidak berarti partai politik pragmatis tidak memiliki ideologi se­bagai identitasnya. Dalam program dan gaya kepemim­pinan terdapat beberapa pola umum yang merupakan pen­jabaran ideologi. Namun ideologi yang dimaksud lebih merupakan sejumlah gagasan umum daripada sejumlah doktrin dan program kongkrit yang siap dilaksanakan. Ideologi yang dimaksud ialah seperangkat nilai politik yang dirumuskan secara kongkrit dan sistematis dalam bentuk program-program kegiatan yang pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh aparat partai. Pergantian kepemimpinan mengubah gaya kepe­mimpinan pada tingkat tertentu, tetapi tidak mengubah prinsip dan program dasar partai karena ideologi partai sudah dirumuskan secara kongkrit dan partai ini terorga­nisasikan secara ketat. Partai Komunis di mana saja meru­pakan contoh partai doktriner. Dan PKS pun sepertinya lebih dekat dengan klasifikasi partai doktriner ini.
3.      Selanjutnya, parpol kepen­tingan merupakan suatu parpol yang dibentuk dan dike­lola atas dasar kepentingan tertentu, seperti petani, buruh, etnis, agama, atau lingkungan hidup yang secara langsung ingin berpartisipasi dalam pemerintahan. Partai ini sering ditemui dalam sistem banyak partai, tetapi kadangkala terdapat pula dalam sistem dua partai berkompetisi namun tak mampu mengakomodasikan sejumlah kepentingan da­lam masyarakat.
   B.     Berdasarkan Tujuan dan Orientasi.
            Almond menggolong­kan parpol berdasarkan basis sosial dan tujuannya. Me­nurut basis sosialnya, partai politik dibagi menjadi empat tipe, yaitu:
1.      parpol yang beranggotakan lapis­an-lapisan sosial dalam masyarakat, seperti kelas atas, me­nengah, dan bawah
2.      parpol yang anggotanya ber­asal dari kalangan kelompok kepentingan tertentu, seperti petani, buruh, dan pengusaha
3.      parpol yang anggota-anggotanya berasal dari pemeluk agama tertentu, se­perti Islam, Katholik, Protestan, dan Hindu
4.      parpol yang anggota-anggotanya berasal dari kelompok budaya tertentu, seperti suku bangsa, bahasa, dan daerah  tertentu.
            Walaupun permasalahan klasifikasi jenis partai ini tidaklah mudah dalam memberikan contohnya. Hal ini dikarenakan partai-partai politik Indonesia mengalami sebuah evolusi dalam pergerakannya dalam membentuk format partai yang ideal kedepannya. Kita lihat PDIP yang image-nya terbentuk sebagai partai orang abangan sekarang sudah membentuk Baitul Muslimin, PKS juga menyatakan sebagai partai terbuka dan nasionalis religius
Dalam kenyataannya, kebanyakan parpol tak hanya mempunyai basis sosial dari kalangan tertentu, tetapi juga dari berbagai kalangan dengan satu atau dua kelompok sebagai pihak yang dominan. Pendukung Partai Demokrat di Amerika Serikat pada umumnya berasal dari kalangan menengah dan bawah, berkulit hitam, dan Katholik. Hal ini tidak berarti pendukung partai ini tidak ada yang berasal dari kalangan atas, kulit putih dan Protestan.
   C.    Berdasarkan Sudut Pandang Secara Umum
            Pengklasifikasian jenis partai yang dilihat dari sudut pandang secara umum, adalah seperti di bawah ini;
1.      Partai Proto. Jenis partai ini merupakan karakter dasar dari tipe awal parpol, yang biasanya ada dalam lingkung­an parlemen atau intraparlemen. Basis pendukungnya adalah kelas menengah ke atas. Bentuk organisasi dan ideologinya relatif rendah (sederhana). Belum sepenuhnya sebagaimana dalam ciri parpol modern. Ciri faksional masih menonjol, dan ciri yang jelas adalah pembedaan antara kelompok anggota dan non-anggota. Di Indonesia saat ini kita memang tidak dapat melihat secara eksplisit jenis partai ini, sebab hampir semua partai mengatakan bahwa partainya adalah partai rakyat kecil. Namun di tingkatan praktik sesungguhnya banyak partai politik di Indonesia yang masuk dalam kategori ini. Mereka-mereka yang menduduki elite partai masih saja dipenuhi oleh orang-orang yang secara feodal dan hereditas merupakan keturunan dari kelas bangsawan (baik kebangsawanan religius maupun monarki).
2.      Partai Kader. Secara his­toris partai ini berkembang sebagai akibat hak pilih belum diberikan kepada masyarakat luas. Anggotanya kebanyak­an kelas menengah ke atas, dan tidak memerlukan organi­sasi besar untuk memobilisasi massa. Di In­donesia partai yang masuk dalam kategori ini tidak begitu banyak. Karena penekanan partai kader sesungguhnya adalah terletak pada penguatan yang cukup tinggi pada level pengurusnya, dalam hal peningkatan kapasitas perso­nalnya untuk kepentingan partai. Masih banyaknya kader loncatan yang berasal dari basis yang tidak jelas yang me­warnai partai politik di Indonesia, utamanya partai-partai pemenang Pemilu pada era reformasi.
     Pada awalnya disinilah posisi Partai Keadilan atau sekarang Partai Keadilan Sejahtera, dimana PKS menumpukan pergerakannya pada kader, sehingga mobilitas partai sangatlah tinggi bergerak dengan aktif dan mandiri. Namun sekali lagi partai terus berproses, sekarang penulis berasumsi bahwa PKS adalah “Partai Kader Berbasis Massa”  atau dalam kategori selanjutnya adalah partai catch-all. Namun ini sedikit berbeda dengan PKS di Kalimantan Selatan  yang lebih pas nya disebut dengan “Partai Massa Berbasis Kader”. Hal ini dikarenakan PKS  bergerak dengan kekuatan kultural/massa walaupun kader tetap ada namun dalam tatanan top leader-nya.
3.      Partai Massa. Berkembangnya jenis ini ka­rena adanya perluasan hak pilih rakyat. Parpol ini di­hentuk di luar parlemen (ekstraparlemen). Orientasi parpol ini adalah kepada basis pendukung, yaitu buruh, petani dan massa lainnva. Tujuannva adalah untuk pendidikan politik dan pemenangan pemilu. Ideologi dan organisasi­nva rapi. Di Indonesia tidak dapat dikatakan sepenuhnva demikian. Sebab berbagai partai yang berbasis formal mas­sa tertentu, seperti buruh, petani maupun massa lainnya itu sifatnya masih slogan saja. Artinya, basis massa yang dilembagakannya itu sebatas untuk menarik pemilih da­lam pemilu semata, dan lebih dari, untuk melakukan pen­didikan politik dan sebagainya, masih sangat jauh. Yang menarik di Indonesia justru partai-partai besar (PDIP, Gol­kar, PKB, PPP, PKS, PAN) justru bukan merupakan partai massa dalam konteks ini. Mereka lebih banyak seba­gai partai ideologis, yang mungkin justru lebih masuk pada kategori partai catch-all.
4.      Partai Diktaktoral. Jenis  ini adalah merupakan subtipe partai massa. Ideologinya kaku dan radikal. Pimpinan tertinggi melakukan kontrol ketat. Rekrutmen anggotanya sangat ketat, di mana ang­gota parpol dituntut mengabdi secara total. Di Indonesia jenis partai ini banyak juga ditemukan, terutama pada partai-partai baru yang berangkat dari ideologisasi yang baru pula. Misalnya Partai Keadilan (PK) dan sekarang menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Rakyat Demokratik (PRD). Ikatan ideologisasi dari partai-partai ini sangatlah kuat. Di dalam rekrutmen dan kaderisasi anggotanya pun sangat ketat dalam konteks konsistensi mereka terhadap ideologi yang dianutnya. Namun sesung­guhnya di tingkat pengambilan keputusan, istilah “diktatoral” tampaknya kurang tepat. Hanya saja di sini lebih pada aspek konsistensi dan ketatnya implementasi ideologi yang coba dikembangkan oleh partai-partai jenis ini.
5.      Partai Catch-All. Jenis partai ini merupakan gabungan antara partai kader dan massa. Mereka berusaha menampung kelompok sosial sebanyak­banyaknya untuk menjadi anggotanya. Tujuannya meme­nangkan pemilu berkaitan dengan berkembangnya kelom­pok kepentingan dan penekan, dan ideologinya tidak ter­lalu kaku. Seperti telah dikatakan di muka bahwa sebagian besar partai politik di Indonesia pemenang Pemilu pada era reformasi  adalah masuk dalam kategori jenis ini. Partai-partai besar yang ada sekarang memang hidup tidak mengandalkan ideologi, namun penguatan pada kuantitas basis massa, Meskipun demikian mereka juga melakukan kaderisasi di internal elit pengurusnya, sehingga konsekuensinya adalah terabaikannya proses pendidikan politik. Banyaknya jenis partai seperti ini sesungguhnya masih sedikit jauh dari cita-cita partai modern, terutama ketika transformasi di tingkat masyarakat tidak dapat berjalan secara efektif.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.