Kamis, 12 November 2015

MAKALAH PENGARUH PSIKOLOGI DALAM PRAKTEK BEPOLITIK

BAB I
PENDAHULUAN
       A.     LATAR BELAKANG
Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam lingkup sosial. Sedangkan ilmu psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan pada manusia, atau dapat dikatakan ilmu yang mempelajari tentang manusia pada lingkup individu. Ilmu politik berkaitan erat dengan ilmu psikologi . Bahkan bisa dikatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang harus dikuasai oleh seseorang sebelum ia belajar ilmu politik. Ilmu psikologi yang berkaitan erat dengan ilmu politik adalah psikologi sosial (pengkhususan ilmu psikologi yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dan masyarakat, khususnya faktor-faktor yang mendorong manusia untuk berperan dalam ikatan kelompok atau golongan).
Serge moscovici seorang psikolog  Perancis menyatakan bahwa psikologi adalah jembatan diantara cabang-cabang pengetahuan sosial lainnya. Sebab psikologi mengakui pentingnya memandang individu dalam suatu sistem sosial yang lebih luas dan karena itu menarik kedalamnya sosiologi, ilmu politik, antropologi, dan ekonomi. Psikologi mengakui aktifitas manusia yang rentangnya luas dan pengaruh budaya serta perilaku manusia dimasa lampau
Kegunaan psikologi dalam analisa ilmu politik dapat kita ketahui apabila kita sadar bahwa analisa sosial politik diisi dan diperkuat dengan analisa hal-hal kecil yang menjadi bagian dalam bidang politik itu sendiri. Dengan menggunakan psikologi umum, ilmu politik dapat menganalisa dengan lebih detail makna dan peranan orang-orang yang terjun di dalamnya, dan juga bisa menganalisa ciri-ciri kepribadian orang-orang yang mempunyai kekuatan lebih di bidang itu yang memungkinkannya memainkan peranan besar dalam sebuah daerah atau negara. Psikologi terutama psikologi umum juga dapat memberikan penjelasan mengenai bagaimana sebuah sensasi orang-orang yang mempunyai kekuasaan bisa menimbulkan persepsi pada masyarakat, sehingga memunculkan reaksi yang berbeda-beda antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya.
      B.     ALASAN PERLUNYA PSIKOLOGI DALAM BERPOLITIK
Psikologi berkaitan erat dengan ilmu politik. Dalam psikologi dijelaskan banyak hal mengenai manusia yang menjadi dasar dari ilmu politik, di antaranya adalah mengenai sensasi, persepsi, dan reaksi.
Orang-orang yang mempunyai kekuasaan lebih dalam teritorial sebuah wilayah, baik itu tingkat daerah atau tingkat pusat, mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk membuat sensasi kepada masyarakat luas, baik itu untuk kepentingan politik bagi dirinya sendiri ataupun karena hal lain. Sensasi yang dilakukan oleh para tokoh politik bisa berupa aksi yang pro rakyat, bisa melalui inovasi baru dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan baru, bisa berupa aksi sosial yang peduli rakyat, atau dengan cara yang lain. Masing-masing dari sensasi yang diberikan oleh para tokoh politik pasti mempunyai tujuan dan maksud tertentu. Ada yang memang murni karena keinginan, ada juga yang karena kepentingan politik, seperti halnya pencitraan dan lain sebagainya.
Setelah adanya sensasi yang ditimbulkan oleh para tokoh politik, pasti akan muncul yang namanya persepsi publik. Ada bemacam-macam persepsi yang akan masyarakat berikan sebagai tanggapan adanya sensasi tersebut. Hal ini dikarenakan kemampuan masyarakat yang berbeda-beda mengenai sensai itu, dan juga dipengaruhi oleh kepribadian masing-masing anggota masyarakat. Seseorang yang mempunyai kepribadian yang kritis akan dengan cepat tanggap terhadap sensasi itu. Mereka akan mengolah dengan sedemikian rupa dan tidak menerimanya dengan mentah-mentah. Jenis orang-orang seperti ini akan sangat sulit diprovokasi. Mereka cenderung berpikiran panjang, dan berorientasi pada tujuan, manfaat, dan kerugian. Berbeda dengan orang-orang yang mempunyai kepribadian cenderung berpikir pendek, mereka akan membiarkan sensasi itu mempengaruhi pola pikiran mereka, sehingga akan dengan sangat mudah mengambil tindakan. Orang-orang seperti ini tentunya akan sangat mudah teprovokasi.
            Setelah adanya sensasi, manusia akan menerimanya untuk kemudian dicerna secara akal sehat, dan akan muncul yang namanya reaksi. Reaksi bisa diartikan sebagai aksi yang disebabkan oleh adanya aksi lain yang lebih dulu terjadi. Karena kepribadiansetiap orang berbeda, maka pemikian mereka pun akan berbeda. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam reaki yang ditimbulkan oleh adanya sebuah sensasi.
Psikologi merupakan ilmu yang mempunyai peran penting dalam bidang politik, terutama yang dinamakan “massapsikologi”.
Justru karena prinsip-prinsip politik lebih luas daripada prinsip-prinsip hukum yang meliputi banyak hal yang berbeda di luar hukum dan masuk dalam yang lazim dinamakan kebijaksanaan, bagi para politik, sangat penting apabila mereka dapat menyelami kedalam jiwa dari rakyat pada umumnya, dan golangan tertentu pada khususnya, bahkan juga dari oknum tertentu.
Kerap terdengar suara dalam masyarakat bahwa tindakan tertentu pemerintah dinyatakan psikologis kurangbaik. Biasanya, suara seperti ini tidak dijelaskan lebih lanjut, dan orang-orang dianggap dapat menangkap apa yang dimaksudkan. Selain memberi berbagai pandangan baru dalam penelitian mengenai kepemimpinan psikologi sosial dapat pula menerangkan sikap dan reaksi kelompok terhadap keadaan yang dianggapnya baru, asing ataupun berlawanan dengan konsentrasi masyarakat mengenai gejala sosial tertentu.
Psikologi juga bisa menjelaskan bagaimana sikap (attitude) dan harapan (expectation) masyarakat dapat melahirkan tindakan serta tingkah laku yang berpegang teguh pada tuntutan sosial (conformity). Salah satu konsep psikologi yang digunakan untuk menjelaskan prilaku untuk memilih pada pemilihan umum adalah berupa identifikasi partai. Konsep ini merujuk pada konsepsi pemilih atau partai-partai yang ada atau keterikatan emosional pemilih terhadap partai tertentu.
Untuk memahami perilaku, bisa digunakan beberapa pendekatan. Namun selama ini, penjelasan teoritis tentang voting behavior didasarkan pada dua model atau pendekatan.,yaitu pendekatan sosiologi dan pendkatan psikologi (Asfar, 1996).
Dalam hal pendekatan psikologis, seperti namanya, pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi, terutama konsep sikap dan sosialisasi untuk menjelaskan pilihan karna pengaruh kekuatan psikologis yang berkembang dalam dirinya sebagai produk dari proses sosialisasi. Mereka menjelaskan bahwa sikap seseorang mempengaruhi pemilih.














BAB II
PEMAHAMAN PSIKOLOGI
      A.    TEORI PSIKOANALITIK
            Struktur kepribadian merupakan unsur-unsur atau komponen yang membentuk diri seseorang secara psikologis. Salah satu contoh struktur kepribadian yang paling tua gagasannya adalah menurut Sigmund Frued tokoh  dari teori psikoanalitik. Berdasarkan beberapa penelitiannya, ia menyimpulkan bahwa diri manusia dalam membentuk kepribadianya terdiri atas 3 komponen utama yaitu id, ego, super ego.
1. ID
            Id adalah sistem kepribadian yang asli atau sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri bawaan (Koeswara, 1991:32). Adapun menurut Palmquist (2005:105), id ialah bagian bawah sadar psikis yang berusaha memenuhi dorongan naluriah dasar. Lebih lanjut lagi menurut Corey (2003:14), id merupakan tempat bersemayam naluri-naluri. Id hanya timbul oleh kesenangan tanpa disadari oleh nilai, etika, dan akhlak. Dengan beroperasi pada prinsip kesenangan ini, id merupakan sumber semua energi psikis. Id adalah aspek biologis dan merupakan sistem original dalam kepribadian dan dari aspek ini kedua aspek lain tumbuh. Id hanya memburu hawa nafsunya saja tanpa menilai hal tersebut baik atau buruk. Ia merupakan bagian ketidaksadaran yang primitif di dalam pikiran, yang terlahir bersama individu (Berry, 2001:75).
Id bekerja sejalan dengan prinsip-prinsip kenikmatan, yang bisa dipahami sebagai dorongan untuk selalu memenuhi kebutuhan dengan serta merta. Fungsi satu-satunya id adalah untuk mengusahakan segera tersalurnya kumpulan-kumpulan energi atau ketegangan yang dicurahkan dalam jasadnya oleh rangsangan-rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar. Ia bertugas menerjemahkan kebutuhan satu organisme menjadi daya-daya motivasional, yang dengan kata lain disebut dengan insting atau nafsu. Freud juga menyebutnya dengan kebutuhan. Penerjemahan dari kebutuhan menjadi keinginan ini disebut dengan proses primer (Boeree, 2005:38). Proses primer, seperti kalau orang lapar lalu membayangkan makanan. Akan tetapi jelas kiranya bahwa yang demikian tidak mungkin dipertahankan, orang yang lapar tidak mungkin kenyang hanya dengan membayangkan makan. Karena itulah dibutuhkan aspek lain yang menghubungkan pribadi dengan dunia obyektif. Aspek ini ialah ego.
2. EGO
            Ego berbeda dengan Id. Ego ialah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (Koeswara 1991:33—34). Adapun menurut Ahmadi (1992:152), ego tampak sebagai pikiran dan pertimbangan. Ego bertindak sebagai lawan dari Id. Ego timbul karena adanya kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan. Ego memiliki kontak dengan dunia eksternal dari kenyataan. Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur (Corey, 2003:14).
            Ego merupakan aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan. Ego dapat membedakan sesuatu yang hanya ada di dalam dunia batin dan sesuatu yang ada di dunia luar. Peran utama ego adalah menjadi jembatan antara kebutuhan insting dengan keadaan lingkungan, demi kepentingan adanya organisme. Selain itu, ego merupakan bagian kepribadian yg bertugas sebagai pelaksana, sistem kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia. Ego berperan sebagai eksekutif yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur kepribadian. Dibawah perintah prinsip realitas, ego berpikir secara logis dan realitas serta memformulasikan rencana tindakan demi pemuasan kebutuhan.
Ego menghubungkan organisme dengan realitas dunia melalui alam sadar yang dia tempati, dan dia mencari objek-objek untuk memuaskan keinginan dan nafsu yang dimunculkan id untuk merepresentasikan apa yang dibutuhkan organisme. Proses penyelesaian ini disebut dengan proses sekunder (Boeree, 2005:39).
3. SUPEREGO
            Menurut Kartono (1996:129) superego adalah zat yang paling tinggi pada diri manusia, yang memberikan garis-garis pengarahan ethis dan norma-norma yang harus dianut. Superego lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan, karena itu dapat dianggap sebagai aspek moral kepribadian. Adapun superego menurut Palmquist (2004:103), adalah bagian dari jiwa manusia yang dihasilkan dalam menanggapi pengaruh orangtua, guru, dan figur-figur otoritas lainnya pada masa anak-anak. Inilah gudang psiki bagi semua pandangan tentang yang benar dan yang salah.
            Superego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian. Superego merepresentasikan hal yang ideal, dan mendorongnya bukan kepada kesenangan, melainkan kepada kesempurnaan. Superego berkaitan dengan imbalan-imbalan dan hukuman-hukuman. Imbalan-imbalannya adalah perasaan-perasaan bangga dan mencintai diri, sedangkan hukuman-hukumannya adalah perasaan-perasaan berdosa dan rendah diri (Corey, 2003:15).
Lebih lanjut lagi, Menurut Hall dan Gardner (1993:67—68) Fungsi utama dari superego antara lain (1) sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat; (2) mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan; dan (3) mendorong individu kepada kesempurnaan. Jadi superego cenderung untuk menentang, baik ego maupun id, dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal. Ketiga aspek tersebut meski memiliki karakteristik sendiri dalam prakteknya, namun ketiganya selalu berinteraksi secara dinamis. Menurut S. Hall dan Lindzey, dalam Sumadi Suryabarata, cara kerja masing-masing struktur dalam pembentukan kepribadian adalah:
1.      Apabila rasa id-nya menguasai sebahagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak primitif, implusif dan agresif dan ia akan mengubar impuls-impuls primitifnya,
2.      Apabila rasa ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya bertindak dengan cara-cara yang realistik, logis, dan rasional, dan
3.      Apabila rasa super ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak pada hal-hal yang bersifat moralitas, mengejar hal-hal yang sempurna yang kadang-kadang irrasional.
            Jadi untuk lebih jelasnya sistem kerja ketiga struktur kepribadian manusia tersebut adalah: Pertama, Id merupakan sistem kepribadian yang orisinil, dimana ketika manusia itu dilahirkan ia hanya memiliki Id saja, karena ia merupakan sumber utama dari energi psikis dan tempat timbulnya instink. Id tidak memiliki organisasi, buta, dan banyak tuntutan dengan selalu memaksakan kehendaknya. Seperti yang ditegaskan oleh A. Supratika, bahwa aktivitas Id dikendalikan oleh prinsip kenikmatan dan proses primer. Kedua, Ego mengadakan kontak dengan dunia realitas yang ada di luar dirinya.
            Di sini ego berperan sebagai “eksekutif” yang memerintah, mengatur dan mengendalikan kepribadian, sehingga prosesnya persis seperti “polisi lalulintas” yang selalu mengontrol jalannya id, super- ego dan dunia luar. Ia bertindak sebagai penengah antara instink dengan dunia di sekelilingnya. Ego ini muncul disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dari suatu organisme, seperti manusia lapar butuh makan. Jadi lapar adalah kerja Id dan yang memutuskan untuk mencari dan mendapatkan serta melaksanakan itu adalah kerja ego. Sedangkan yang ketiga, superego adalah yang memegang keadilan atau sebagai filter dari kedua sistem kepribadian, sehingga tahu benar-salah, baik-buruk, boleh-tidak dan sebagainya. Di sini superego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral masyarakat.
            Apabila menyimak konsep kunci dari teori kepribadian Sigmund Freud, maka teori yang dapat aplikasikan dalam bimbingan, yaitu konsep kunci bahwa ”manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dan keinginan”.  Konsep ini dapat dikembangkan dalam proses bimbingan, dengan melihat hakikatnya manusia itu memiliki kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan dasar. Dengan demikian guru dalam memberikan bimbingan harus selalu berpedoman kepada apa yang dibutuhkan dan yang diinginkan oleh siswa, sehingga bimbingan yang dilakukan benar-benar efektif. Hal ini sesuai dengan fungsi bimbingan itu sendiri.
            Mortensen (dalam Yusuf Gunawan) membagi fungsi bimbingan kepada tiga yaitu:
a)      Memahami individu (understanding-individu)
b)      Preventif dan pengembangan individual, dan
c)      Membantu individu untuk menyempurnakannya.
            Memahami individu. Seorang guru dan pembimbing dapat memberikan bantuan yang efektif jika mereka dapat memahami dan mengerti persoalan, sifat, kebutuhan, minat, dan kemampuan anak didiknya. Karena itu bimbingan yang efektif menuntut secara mutlak pemahaman diri anak secara keseluruhan. Karena tujuan bimbingan dan pendidikan dapat dicapai jika programnya didasarkan atas pemahaman diri anak didiknya. Sebaliknya bimbingan tidak dapat berfungsi efektif jika guru kurang pengetahuan dan pengertian mengenai motif dan tingkah laku siswa, sehingga usaha preventif dan treatment tidak dapat berhasil baik.
            Preventif dan pengembangan individual. Preventif dan pengembangan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Preventif berusaha mencegah kemorosotan perkembangan anak dan minimal dapat memelihara apa yang telah dicapai dalam perkembangan anak melalui pemberian pengaruh-pengaruh yang positif, memberikan bantuan untuk mengembangkan sikap dan pola perilaku yang dapat membantu setiap individu untuk mengembangkan dirinya secara optimal.
            Membantu individu untuk menyempurnakan. Setiap manusia pada saat tertentu membutuhkan pertolongan dalam menghadapi situasi lingkungannya. Pertolongan setiap individu tidak sama. Perbedaan umumnya lebih pada tingkatannya dari pada macamnya, jadi sangat tergantung apa yang menjadi kebutuhan dan potensi yang ia meliki. Bimbingan dapat memberikan pertolongan pada anak untuk mengadakan pilihan yang sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.
Jadi dalam konsep yang lebih luas, dapat dikatakan bahwa teori Freud dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan proses bantuan kepada siswa, sehingga metode dan materi yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan siswa.
B.     TEORI KOGNITIF
            Kurt Lewin (1892-1947) menaruh perhatian pada kepribadian dan psikologisosial. Lewin memandang bahwa masing-masing individu berada di dalam suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis. Medan kekuatan psikologis dimana individu bereaksi disebut sebagai ´Life Space´. Life Space mencakup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi, misalnya: orang-orang yang ia jumpai, objek material yang ia hadapi, serta fungsi-fungsi kejiwaan yang ia miliki.
Lewin berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil tindakan antar kekuatan-kekuatan, baik yang dari:
·         Dalam diri individu seperti; tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan
·         Luar diri individu, seperti;tantangan dan permasalahan.
Dalam medan hidup ini ada sesuatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi untuk mencapainya selalu ada barier atau hambatan. Individu memiliki satu atau sejumlah dorongan dan berusaha mengatasi hambatan untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila individu telah berhasil mencapai tujuan, maka ia masuk ke dalam medan atau lapangan psikologis baru yang di dalamnya berisi tujuan baru dengan hambatan-hambatan yang baru pula. Demikian seterusnya individu keluar dari suatu medan dan masuk ke medan psikologis berikutnya.
Hall dan Lindzey merangkum poin utama Teori Medan Kognitif Lewin sebagai berikut:
·         Perilaku adalah fungsi dari medan yang ada pada saat perilaku tersebut terjadi.
·                  Analisa tingkah laku dimulai dengan situasi sebagai keseluruhan dari komponen-komponen tingkah laku yang terpisah dan berbeda.
·         Individu yang konkret dalam sebuah situasi nyata (konkret) dapat digambarkan secara matematis.
          Dalam teori ini kita juga bisa melihat bagaimana Kurt Lewin berpertautkan pemahaman dari topologi (lifespace misalnya), psikologi (kebutuhan, aspirasi), dan sosiologi (misalnya medan gaya-motif yang jelas tergantung pada tekanan kelompok). Ketiganya saling berhubungan dalam sebuah tingkah laku. Intinya, teori medan merupakan sekumpulan konsep dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan psikologis. Konsep-konsep teori medan telah diterapkan Lewin dalam berbagai gejala psikologis dan sosiologis, termasuk tingkah laku bayi dan anak anak, masa adolesen, keterbelakangan mental, masalah-masalah kelompok minoritas, perbedaan perbedaan karakter nasional dan dinamika kelompok.
1). Penggunaan Teori Medan dalam Belajar 
a)      Belajar sebagai perubahan sistem kognitif 
Teori Medan (Field Theory) Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam satu medan atau lapangan psikologis. Menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hanbatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk ke dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya.
Menurut teori ini belajar berusaha mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan. Kurikulum sekolah dengan segala macam tuntutannya, berupa kegiatan belajar di dalam kelas, laboratorium, di workshop, di luar sekolah, penyelesaian tugas-tugas, ujian-ulangan dan lain-lain, pada dasarnya merupakan hambatan yang harus diatasi.
Menurut Lewin belajar terjadi akibat adanya perubahan struktur kognitif. Perubahan kognitif adalah hasil dari dua macam kekuatan yaitu struktur medan kognitif dan motivasi internal individu.
Apabila seseorang belajar, maka dia akan tambah pengetahuannya. Artinya tahu lebih banyak dari pada sebelum ia belajar. Ini berarti ruang hidupnya lebih terdiferensiasi, lebih banyak subregion yang dimilikinya, yang dihubungkan dengan jalur-jalur tertentu. Dengan kata lain orang tahu lebih banyak tentang fakta-fakta dan saling berhubungan antara fakta-fakta itu.
Perubahan struktur pengetahuan (struktur kognitif) dapat terjadi karena ulangan; situasi mungkin perlu diulang-ulang sebelum strukturnya berubah. Akan tetapi yang penting bukanlah bahwa ulangan itu terjadi, melainkan bahwa struktur kognitif itu berubah. Dengan pengaturan masalah (problem) yang lebih baik, struktur mungkin dapat berubah dengan ulangan yang sangat sedikit. Hal ini telah terbukti dalam ekserimen mengenai insight. Terlalu banyak ulangan tidak menambah belajar; sebaliknya ulangan itu mungkin menyebabkan kejenuhan psikologis (pychological satiation) yang dapat membawa disorganisasi (kekacauan) dan dediferensiasi (kekaburan ) dalam sistem kognitif.
Perubahan dalam struktur kognitif ini untuk sebagian berlangsung dengan prinsip  pemolaan (patterning) dalam pengamatan, jadi disinilah lagi terbukti betapa pentingnya pengamatan itu dalam belajar. Perubahan itu disebabkan oleh kekuatan yang telah intrinsik ada dalam struktur kognitif. Tetapi struktur kognitif itu juga berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan yang ada pada individu. Disinilah terjadi belajar dengan motivasi.
b)      Hadiah dan Hukuman menurut Kurt Lewin
Bila kaum Behavioral memandang hadiah dan hukuman sebagai The Law of  Effect and The Law of Reinforcement, maka Kurt Lewin menggambarkan situasi yang mengandung hadiah atau hukuman sebagai situasi yang mengandung konflik. Hal ini digambarkannya dalam topologi berikut:


Di dalam situasi yang digambarkan di atas, pribadi (P) harus melakukan pekerjaan atau tugas yang tidak menyenangkan (Tg), karenanya ada kebutuhan untuk meninggalkan tugas yang tidak menyenangkan itu. Supaya ia tetap mengerjakan tugas itu, ada ancaman hukuman bila ia tidak menyelesaikan tugas tersebut (Hk).
Sehingga dalam situasi seperti ini lalu timbul konflik, yaitu si pribadi harus memilih diantara dua kemungkinan yang tidak menyenangkan tersebut. Dalam situasi ini, malah ada kecenderungan pribadi menghindarkan diri dari kedua kondisi yang tidak menyenangkan dirinya. Supaya pribadi tidak meninggalkan medan itu maka harus dibuat barier (B); barier dalam kehidupannyata adalah kekuasaan atau pengawasan.

Dalam situasi yang mengandung hadiah, pribadi tidak perlu dimasukkan dalam tembok pengawasan seperti yang digambarkan pada topologi yang mengandung hukuman, karena sifat menariknya hadiah akan menahan pribadi untuk tetap berada dalam medan. Akan tetapi barier (B) tetap diperlukan untuk mencegah supaya pribadi jangan sampai memperoleh hadiah secara langsung tanpa mengerjakan tugas yang seharusnya dikerjakan. Pengawasan dalam situasi ini masih diperlukan karena hadiah (Hd) berhubungan dengan aktivitas menjalankan tugas (Tg) secara eksternal, maka selalu ada kecenderungan untuk mencari jalan lebih singkat bahkan bila mungkin mendapatkan hadiah tanpa mengerjakan tugasnya.
2). Masalah berhasil dan gagal
Kurt Lewin lebih setuju penggunaan istilah sukses dan gagal dari pada istilah hadiah dan hukuman.
Sebab apabila tujuan-tujuan yang akan kita capai itu adalah intrinsik, maka kita lebih tepat menggunakan istilah berhasil atau gagal daripada terminologi hadiah dan hukuman. Istilah hadiah dan hukuman lebih dekat pada pendekatan nonpsikologis sedang istilah sukses dan gagal merupakan kajian dalam pendekatan psikologis. Secara psikologis yang penting memang adalah bagaimana yang dialami individu dalam menghadapi suatu problem. Suatu pengalaman sukses haruslah dimengerti sesuai dengan apa yang telah dikerjakan atau dicapai oleh seseorang (pelajar). Misalnya seorang pelajar yang merasa sukses karena naik kelas dengan nilai terbaik. Namun ada pula yang tetap merasa sukses karena ia naik kelas walau tidak dengan nilai terbaik.
3). Sukses memberi mobilisasi energi cadangan
Kurt Lewin beranggapan bahwa dinamika kepribadian itu dikarenakan oleh adanya energi dalam diri seseorang yang disebut energi psikis. Energi psikis inilah yang dipergunakan untuk berbagai aktivitas seperti mengamati, mengingat, berpikir dan sebagainya. Dalam keadaan sehari-hari, hanya sedikit saja energi psikis yang dipergunakan dan sisanya tersimpan sebagai energi cadangan. Apabila orang mendapat pengalaman sukses, maka akan terjadi mobilisasi energi cadangan sehingga kemampuan individu  untuk  menyelesaikan problem bertambah. Oleh sebab itu secara praktis sangat dianjurkan untuk sebanyak mungkin memberikan kesempatan kepada para peserta didik kita supaya mereka mendapatkan pengalaman sukses.
      C.    TEORI BEHAVIORISTIK
            Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
      a.      KEBUTUHAN BIOLOGIS
            Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi salah satunya adalah kebutuhan biologis yang terdiri dari oksigen yang dibutuhkan untuk proses respirasi,cairan, istirahat dan tidur, melakukan aktivitas, pakaian, tempat berlindung, bereproduksi, dan mempunyai suhu tubuh.
1.      OKSIGEN
Oksigen merupakan unsur gas dengan symbol O. Gas ini tidak berwarna dan tidak mempunyai rasa. Di dalam tubuh, oksigen diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah. Oksigen diperlukan oleh sel untuk mengubah glukosa menjadi energi. Selanjutnya energi inilah yang digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas seperti aktifitas fisik, penyerapan makanan, membangun kekebalan tubuh, pemulihan kondisi tubuh dan penghancuran bebarapa racun sisa metabolisme.Kekurangan oksigen menyebabkan metabolisme tidak berlangsung sempurna. Akibatnya tubuh terasa lelah, pegal-pegal, mengantuk, kekabalan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit.
2.      NUTRISI
Pengaturan nutrisi untuk asupan sehari-hari sangat dibutuhkan baik untuk bayi hingga manula. Tetapi terkadang karena kesibukan sehari-hari kita tidak dapat mengatur asupan tersebut. Sehingga banyak menimbulkan masalah kesehatan, baik kurang gizi atau kelebihan  gizi atau nutrisi. Sehingga untuk mengatasi masalah nutrisi dibutuhkan produk atau obat untuk mengatasinya.
3.      AIR
Selain oksigen, air adalah komponen terpenting yang dibutuhkan tubuh. Air berfungsi untuk mengatur suhu tubuh, membantu pencernaan dan proses kimia tubuh, membuang kotoran, melancarkan persendian, dan menyalurkan nutrisi ke sel sel tubuh.Demikian pentingnya air, tubuh kita lebih bisa bertahan tanpa makanan daripada tanpa air.Rata-rata, tubuh kita mengandung sekitar 60% air. Dari otak, otot, dan kulit yang mengandung sekitar 75% air sampai ke tulang yang mengandung sekitar 20% air
4.      ISTIRAHAT dan TIDUR
Semua mahluk hidup memerlukan istirahat setelah melakukan aktivitas / kegiatan, karena aktivitas tersebut menggunakan jaringan sel hidup sehingga akan timbul kerusakan pada jaringan tersebut, istirahat ini bertujuan untuk memperbaiki kerusakan yang dimaksud. Selama kita tidur, tubuh mengganti sel-sel yang rusak dengan yang baru dan limbah serta uap kotor yang terjadi pun dibuang. Tidur ini tidak hanya diperlukan oleh manusia dan hewan saja, tumbuh-tumbuhan pun memerlukannya. Sebagai contoh saja, pada siang hari tumbuhan bunga matahari daun-daun kelopak bunganya terbuka dan menutup kembali pada waktu senja menjelang malam hari.
5.      AKTIFITAS
Setiap manusia membutuhkan aktifitas untuk menggerakkan tubuhnya agar dapat berfungsi dengan maksimal sesuai dengan kebutuhannya, misalnya otot berkontraksi, otak berkembang
6.            PAKAIAN
Manusia membutuhkan pakaian untuk melindungi tubuhnya, menjaga kesopanan, harga diri, dengan mempercantik penampilan, dengan pakaian yang rapih. Tapi dewaasa ini pakaian juga di jadikan gaya hidup atau sebagai alat pengukur status.
7.      TEMPAT BERLINDUNG
Tempat berlindung termasuk kebutuhan manusia, karena dengan memiliki tempat berlindung manusia dapat melindungi diri nya dari bahaya lingkungan sekitar dari kriminalitas, terjaga saat hujan tiba, panas matahari, binatang liar
8.      REPRODUKSI
Reproduksi adalah cara dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan; setiap individu organisme ada sebagai hasil dari suatu proses reproduksi oleh pendahulunya. Cara reproduksi secara umum dibagi menjadi dua jenis: seksual dan aseksual.Dalam reproduksi aseksual, suatu individu dapat melakukan reproduksi tanpa keterlibatan individu lain dari spesies yang sama. Pembelahan sel bakteri menjadi dua sel anak adalah contoh dari reproduksi aseksual. Walaupun demikian, reproduksi aseksual tidak dibatasi kepada organisme bersel satu. Kebanyakan tumbuhan juga memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi aseksual.Reproduksi seksual membutuhkan keterlibatan dua individu, biasanya dari jenis kelamin yang berbeda. Reproduksi manusia normal adalah contoh umum reproduksi seksual. Secara umum, organisme yang lebih kompleks melakukan reproduksi secara seksual, sedangkan organisme yang lebih sederhana, biasanya satu sel, bereproduksi secara aseksual.
9.      SUHU TUBUH
            Suhu tubuh manusia stabil adalah 36-37 untuk dewasa, dan bayi 36,5-37,5. Jika lebih atau kurang dari suhu normal tersebut dapat dikatakan manusia sakit, ada gangguan pada tubuhnya, sehingga manusia harus menjaga kstabilan suhu tubuhnya.
      b.      TERJADINYA FRUSTASI
            Pengertian frustasi secara umum adalah putus asa dalam kehidupan, karena cita – cita yang di inginkan belum bisa tercapai baik dari segi pekerjaan, cinta atau ruang lingkup kehidupan pribadinya. Frustasi ini sangat fatal akibatnya apabila dibiarkan. Orang yang sedang mengalami frustasi, dia akan mengalami lunturnya semangat hidup, bahkan yang paling parah dia akan bunuh diri. Sebab menurut dirinya bunuh diri adalah cara yang paling baik untuk mengakhiri segalanya.
            padahal apa yang dilakukannya itu hanya memperburuk keadaan dirinya sendiri, karena "tuhan" tidak senang orang yang berputus asa dengan rahmatnya. Tentu semua ini ada penyebabnya kenapa orang yang mengalami kefrustasian bisa melakukan hal – hal yang gila? Apa sajakah itu? Berikut penjelasannya:
1.      Hilangnya kepercayaan dengan "tuhan”
            “kepercayaan” apabila hal itu hilang di dalam hati seseorang, maka hal yang pertama ditemui orang itu adalah kegelisahan dalam hidupnya. Dia khawatir hal buruk akan terjadi di masa depan kehidupannya, sehingga membuat dia ragu dalam melakukan hal baik yang ingin dilakukannya. Dia takut tidak adanya kesempatan lagi untuk berbuat baik terhadap dirinya sendiri. Dampaknya dia putus asa dengan keadaan hidupnya sendiri dan tidak menyadari bahwa “tuhan” itu “maha pemaaf” lagi “maha penyayang” setiap hamba nya.
2.      Tidak ada ilmu pengetahuan tentang hidup
            ilmu pengetahuan tentang kehidupan itu adalah ilmu yang paling penting di antara semua ilmu yang ada. Apabila seseorang tidak mempunyai ilmu ini, maka dia akan mudah mengalami kegundahan, kesedihan, kegelisahan yang panjang dalam kehidupannya, sulit untuk kembali bangkit apabila dia jatuh. Cobaan – cobaan dalam kehidupan seseorang yang tidak mempunyai ilmu ini akan membuatnya merasa sangat berat untuk menjalaninya yang bisa berakibat orang tersebut putus asa.
3.      Terlalu banyak tekanan /masalah hidup
            tuntutan pendidikan yang tinggi, tuntutan suatu tugas pekerjaan yang berat, tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup, tuntutan untuk mencapai suatu kehidupan yang terjamin, serta tuntutan dari keluarga terkadang hal itu bisa dengan mudah membuat orang stress. Tekanan yang sangat intens itu akan mempengaruhi orang yang lemah psikologisnya. Pikirannya tidak akan sanggup untuk menerima semua yang terjadi, sehingga semua masalah itu akan menjadi beban di dalam pikirannya tersebut. Akibatnya kefrustasianlah yang akan jadi temannya nanti.
4.      Berpikiran negatif
            orang yang selalu pikirannya negatif dia tidak akan bisa mencapai apa yang menjadi cita – citanya. Sangka buruknya terhadap seseorang dan keadaan itu akan membuat alam menjadikan kenyataan apa yang dipikirkannya itu. Sebab alam ini sebenarnya adalah apa yang ada di pikiran kita apabila kamu berpikiran negatif maka hal yang negatiflah yang kamu dapat. Kalau pikiran negatif ini tidak di buang, orang tersebut akan terus mengalami kegagalan dalam berbagai aspek. Yang bisa membuat dia menyerah dengan keadaannya tersebut dan membuatnya frustasi.

5.      Berada di lingkungan yang tidak memotivasi
            lingkungan yang tidak mendukung seseorang untuk berkembang dalam kehidupannya, akan membuat seseorang akan mudah mengalami kefrustasian. Karena setiap orang pasti butuh support apabila dia ada mengalami kegagalan dan masalah yang tidak dapat dia selesaikan sendiri. Misalnya saja orang yang sedang patah hati, kalau dia tidak berada dalam lingkungan yang dapat memotivasinya untuk move on, maka akan sulit untuk dia bangkit dalam kertepurukannya itu. Akibatnya dia frustasi dengan keadaanya tersebut, yang bisa membuat dia melakukan hal yang gila. Berapa banyak sudah orang yang bunuh diri karena hanya masalah percintaan itu?  
      D.    TEORI HUMANISTIK
            Psikolog humanis percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri. Untuk membuktikan bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, tapi untuk mencapai sesuatu yang lebih Hal ini menggambarkan bahwa manusia baru dapat mengalami “puncak pengalamannya” saat manusia tersebut selaras dengan dirinya maupun sekitarnya. Menurut Carl Rogers misalkan terjadi sidang pendapat antara pimpinan dengan anggot, maka Rogers memberikan kesempatan kepada anggota untuk berbicara sepuas-puasnya sampai ia mencapai titik katarsis atau terjadi pemuasan jiwa.
a.       AKTUALISASI DIRI
            Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak tersusun secara hirarki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti apatisme, kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan diri sendiri, kehilangan selera dan sebagainya.
b.      META KEBUTUHAN DAN META PATOLOGI
Menurut Maslow, meta kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri terdiri dari:
  • Kebenaran
  • Kebaikan
  • Keindahan atau kecantikan
  • Keseluruhan (kesatuan)
  • Dikotomi-transedensi
  • Berkehidupan (berproses, berubah tetapi tetap pada esensinya)
  • Keunikan
  • Kesempurnaan
  • Keniscayaan
  • Penyelesaian
  • Keadilan
  • Keteraturan
  • Kesederhanaan
  • Kekayaan (banyak variasi, majemuk, tidak ada yang tersembunyi, semua sama penting)
  • Tanpa susah payah (santai, tidak tegang)
  • Bermain (fun, rekreasi, humor)
  • Mencukupi diri sendiri








BAB III
KESIMPULAN
      A.    KESIMPULAN
                Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon. Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka
            Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Menuru teori belajar kognitif pada dasarnya setiap orang dalam bertingkah laku dan mengerjakan segala sesuatu senantiasa dipengaruhi oleh tingkat-tingkat perkembangan dan pemahamannya atas dirinya sendiri. Setiap orang memiliki kepercayaan, ide-ide dan prinsip yang dipilih untuk kepentingan dirinya.
            Pandangan konstruktivis mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha memberi makna oleh siswa terhadap pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju kepada pembentukan struktur kognitifnya.
            Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peran guru dalam teori ini adalah sebagai fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi,kesadaran mengenai makna kehidupan siswa. Guru mamfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik- baiknya. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
      B.     SARAN
            Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua. Mohon maaf atas segala kesalahan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan.











DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Ahmad. 2008. Psikologi Umum. Pustaka Setia: Bandung
Muhibbinsyah. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.     

Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Rosda.
Ardani, Tristiadi Ardi dkk.2007. Psikologi Klinis. Graha ilmu: Yogyakarta
Novita Bloskadit. “Hubungan Ilmu Politik dengan Psikologi Sosial”. Online.
          ilmu-sosial-lainnya/. Diakses 8 November 2015.
Ayu Devi. “Hubungan Antara Politik Dan Psikologi”.Online.
          psikologi.html/. Diakses 8 November 2015
Ariefian. “Teori Kognitif”. Online.
          November 2015
Wikipedia. “Teori Belajar Behavioristik”. Online.
          November 2015
Suprobo Novina “Teori belajar Humanistik”. Online.
          Diakses : 8 November 2015





Tugas psikologi politik
PENGARUH PSIKOLOGI DALAM PRAKTEK BEPOLITIK



OLEH :

NAMA                                    : M.MIFTAH AULIA
NIM                                         : 105640191514

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

TAHUN AJARAN 2015-2016
Read More ->>
Diberdayakan oleh Blogger.